Sabtu, 05 November 2016

MAKALAH PENDIDIKAN FISIK PENGOBATAN TERHADAP PENYAKIT

PENDAHULUAN
Salah satu nikmat dari Allah Azza wajalla, ketika Allah SWT, memberikan obat dari penyakit apa saja yang diderita oleh seorang hamba. Dan apabila seorang hamba yang sedang sakit maka sikap yang paling tepat adalah bersabar menjalani sakitnya dan terus berusaha untuk mencari obatnya, dengan cara pengobatan-pengobatan. Sementara kesembuhan itu bisa datang apabila pengobatan itu tepat dengan penyakitnya dan Allah SWT mengizinkan seseorang itu untuk sembuh. Karena jika pengobatan  itu tidak tepat niscaya kesembuhan tak kan kunjung tiba. Tetapi bila pengobatan tepat dalam segala aspeknya, pasti dengan izin Allah kesembuhan akan diperoleh.
Agar lebih jelasnya lagi tentang pengobatan terhadap suatu penyakit, maka dibawah ini akan menjelaskan hadits yang berkaitan dengan pengobatan terhadap suatu penyakit dengan izin Allah dan ketepatan terhadap obat.
















PEMBAHASAN

A.  Hadits
عَنْ جَابِرٍ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ أَنَّهُ قَالَ: "(لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ   فَإِذَاأُصِيبَ دَوَاءُالدَّاءِ بَرَأَ بِإذْنِ اللَّهِ عَرَّ وَجَلَّ)" (اخرجه مسلم:كتاب السلام:باب لكل داء دواء واستحباب التداوى)                                                                                        
B.   Terjemahan                                       
“Diriwayatkan dari Jabir R.A dan Rasullah SAW: Beliau bersabda “Setiap penyakit ada obatnya. Apabila obat suatu penyakit telat tepat, sembuhlah dia dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla”.[1]

C.  Penjelasan Hadits
 Pada hadits nabi SAW diatas menerangkan bahwa mengaitkan kesembuhan dengan ketepatan atau kecocokan obat dengan penyakit. Sebab, tidak ada satu makhluk pun melainkan memiliki lawannya. Dan setiap penyakit pasti memiliki obat yang menjadi penawarnya yang dengannya penyakit itu diobati. Nabi SAW mengaitkan kesembuhan dengan ketepatan dalam pengobatan. Ketepatan ini merupakan hal yang lebih dari sekedar ada atau tidak adanya obat (bagi suatu penyakit) karena obat suatu penyakit bila melebihi kadar penyakit, baik pada metode penggunaan atau dosis yang semestinya akan berubah menjadi penyakit baru. Bila metode penggunaan atau dosis kurang dari yang semestinya, maka tidak akan mampu melawan penyakit, sehingga penyembuhannya pun tidak sempurna. Bila seorang dokter salah dalam memilih obat atau obat yang ia gunakan tidak tepat sasaran, maka kesembuhan takkan kunjung tiba. Bila waktu pengobatan dilakukan tidak tepat dengan obat tersebut, niscaya obat tidak akan berguna. Bila badan pasien tidak cocok dengan obat tersebut atau fisiknya tidak mampu menerima obat tersebut atau ada penghalang yang menghalangi kerja obat tersebut, niscaya kesembuhan tak kan kunjung tiba. Semua itu dikarenakan ketidaktepatan dalam pengobatan. Bila pengobatan tepat dalam segala aspeknya, pasti dengan izin Allah kesembuhan akan diperoleh.[2]
 Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah mengatakan “Pada hadits riwayat sahabat Jabir Radhiyallahuanhu terdapat isyarat bahwa kesembuhan tergantung pada ketepatan dan izin Allah. Yang demikian itu dikarenakan suatu obat kadang kala melebihi batas baik dalam metode penggunaan atau dosisnya, sehingga obat tersebut tidak manjur, bahkan dimungkinkan obat itu malah menimbulkan penyakit baru”.

D.  Aspek Tarbawi
Berdasarkan hadits diatas memberikan pengertian kepada kita bahwa semua penyakit yang menimpa manusia maka Allah turunkan obatnya. Kadang ada orang yang menemukan obtanya ada juga yang belum bisa menemukannya. Oleh karenanya kita seseorang harus bersabar untuk selalu berobat dan terus berusaha untuk mencari obat ketika sakit sedang menimpanya. Dan jangan merasa enggan dan selalu berupaya untuk mencari sebab-sebab kesembuhan, seperti mencari dokter dan pengobatan.
setiap manusia harus memahami dua hal tentang ujian sakit, yaitu :
1.      Bahwa obat adalah hanya sebab kesembuhan, sedangkan penyembuh yang sebenarnya hanyalah Allah semata. Oleh karena itu kesembuhan dari Allah melalui melalui obat yang dikonsumsi, dan bisa jadi Allah SWT memberikan kesembuhan walaupun tanpa obat. Sebagaimana firman Allah dalam QS.Asy-Syu’ara,80:

 “dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku”.[3]
2.      Bahwa jangan berobat dengan sesuatu yang diharamkan, karena Allah SWT mengharamkan untuk berobat dengan benda-benda haram dan Allah tidak menjadikan benda-benda penyembuh dari benda-benda yang diharamkan-Nya.
Sebagaimana Rasulullah bersabda,
إن الله لم يجعل شفاءكم فيما حرم عليكم
“Sesungguhnya Allah tidaklah menjadikan kesembuhan kalian pada apa yang Dia haramkan atas kalian.” ( HR Bukhari dan diriwayatkan oleh Abu Hatim bin Hibban dalam shahihnya secara marfu’ kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ).[4]
 Menanti kesembuhan dengan sikap optimis, akan dapat meringankan beban rasa sakit dan membantu seorang hamba untuk bersikap sabar.
Menurut Ibn Qoyyim, dalam bukunya menjelaskan tentang pengaruh sikap optimis menantikan kesembuhan dalam meringankan cobaan (musibah), bahwa menantikan keringanan atau kesembuhan terhadap cobaan yang menimpa dengan ketenangan dan keikhlasan, maka sesungguhnya penantian dan perenungan seperti itu akan meringankan beban yang berat. Selanjutnya dengan diiringi motivasi dan harapan yang kuat akan adanya pertolongan, maka sikap ini akan menggantikan cobaan yang sedang menimpa dengan semangat akan adanya pertolongan, ketenangan dan keikhlasan. Hal ini merupakan rahasia dari kelembutan dan pertolongan Allah Ta’ala yang akan segera tiba.
Habibbin Ubaid, dalam Asy –Syukr berkata bahwa tidaklah Allah SWT memberikan suatu cobaan kepada seorang hamba, kecuali Allah SWT juga memberikan nikmat kepadanya dalam cobaan itu, yaitu Allah SWT tidak menjadikan musibah itu lebih besar dari musibah yang menimpamu.[5]









PENUTUP
Bila Allah telah menentukan suatu penyakit atau ajal maka berbagai upaya yang ditempuh manusia untuk menghindari tidak lagi berguna, dan kehendak Allah lah yang pasti terjadi. Aqidah dan keyakinan ini tidak boleh kita lupakan kapan pun kita berada, serta apa pun profesi kita. Dengan proses pengobatan setiap penyakit yang kita derita, kita harus berusaha untuk mendapatkan obatnya dan bertawakal kepada Allah. Karna sesungguhnya yang menciptakan penyakit adalah Allah, dan yang menentukan penyakit tersebut menimpa kita adalah Allah. Kita tidak perlu berkeluh kesah, kita menerima semuanya dengan lapang dada. Percayalah bahwa dibalik penyakit tersebut pasti tersimpan beribu-ribu hikmah. Dengan cara ini, apapun yang kita alami semoga akan mendatangkan kebaikan bagi kita, baik di dunia ataupun di akhirat.




















[1] Al-Hafizh Zaki Al-Din ‘Abd Al-Azhim Al-Mundziri, Ringkasan Shahih Muslim (Bandung: Mizan, Anggota Ikappi, 2002), hlm 821

[2]  Zad Al-Ma’ad  (4), hlm 14-15
[3]  Al-Qur’an&terjemahan, Al-Jumanatul ‘Ali, hlm 371
[4] HR Bukhari, Kitab Asyribah (15).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar