Kamis, 24 Desember 2015

KONVERSI DALAM DAN ANTAR AGAMA

BAB I
PENDAHULUAN

             Dari  segi ilmu jiwa agama,yang di namakan dengan konversi agama dapat di artikan dengan suatu macam pertumbuhan atau perkembangan spiritual yang mengandung perubahan arah yang cukup berarti,dalam sikap terhadap ajaran dan tindak agama,konversi agama menunjukkan bahwa suatu perubahan emosi yang tiba–tiba ke arah mendapat hidayah Allah secara tiba-tiba yang mungkin saja sangat mendalam atau dangkal,dan mungkin terjadi perubahan tersebut secara berangsur-angsur. Dapat di katakan bahwa perubahan keyakinan atau perubahan jiwa  agama pada orang dewasa bukanlah suatu hal yang terjadi secara kebetulan saja walaupun konversi agama bisa terjadi dalam sekejap mata. Namun tak ada peristiwa konversi agama yang tidak mempunyai riwayat,dalam arti bahwa konversi agama dapat terjadi karena ada sebab nya atau faktor–faktor yang dapat mempengaruhi seseorang mengalami konversi agama.
            Dalam makalah ini,kami akan mencoba membahas menganai factor–faktor  yang mempengaruhi  konversi agama dan proses konversi agama itu sendiri.











BAB II
PEMBAHASAN

A.       Faktor -Faktor Yang Mempengaruhi Konversi Agama
Sesungguhnya untuk menentukan faktor–faktor apa yang mempengaruhi dan menyebabkan mungkin terjadinya konversi agama itu memang tidak mudah. Namun  demikian ada beberapa factor yang tampaknya terjadi dan terdapat dalam setiap peristiwa konversi agama antara lain ialah :
a.    Pertentangan batin ( konflik  jiwa ) dan ketegangan perasaan
 Rupanya orang–orang yang gelisah yang di dalam dirinya bertarung berbagai persoalan,yang kadang-kadang dia merasa tidak berdaya menghadapi persoalan atau problema itu mudah mengalami konversi agama. Diantaranya ketegangan batin yang  dirasakan orang ialah tidak mampunya ia mematuhi nilai- nilai moral dan agama dalam hidupnya. Ia tahu bahwa yang salah itu salah, akan tetapi ia tidak mampu menghindarkan  dirinya dari berbuat  salah itu, dan ia tahu mana yang benar, akan  tetapi  tidak  mampu berbuat benar. Orang–orang itu kadang sadar bahwa dalam dirinya sedang berkecamuk  aneka persoalan yang tidak dapat di hadapinya, tetapi banyak pula orang yang tidak sadar, bahwa  dalam dirinya ada konflik  yang  terpendam   di alam ketidak-sadarannya .
Di samping itu sering pula terasa ketegangan batin, yang  memukul  jiwa, merasa tidak tentram ,gelisah, yang  kadang–kadang terasa ada sebabnya dan kadang–kadang tidak di ketahui. Dalam kepanikan atau kegoncangan jiwa itulah kadang kadang orang dengan  dengan tiba-tiba terangsang melihat orang sembahyang atau mendengar uraian agama yang seolah–olah dapat menjadi penyelesai problem  yang  di  hadapinya.
b.    Pengaruh hubungan dengan tradisi agama
Di antara faktor–faktor penting dalam riwayat konversi agama adalah pengalaman-pengalaman yang mempengaruhinya, sehingga terjadi  konversi  tersebut. Di antara pengaruh  yang terpenting adalah  pendidikan orang tua diwaktu kecil. pendidikan dan suasana keluarga  di waktu kecil itu mempunyai pengaruh yang besar terhadap diri orang-orang, yang  kemudian terjadi padanya konversi agama adalah  keadaan mengalami ketegangan dan konflik batin itu ,mau tidak mau pengalaman di waktu kecil dekat dengan orang tua  dalam suasana yang tenang dan  damai akan teringat dan membayang–bayang secara tidak sadar dalam dirinya. Keadaan inilah yang dalam  peristiwa –peristiwa tertentu menyebabkan  konversi  tiba-tiba terjadi.
 Pendidikan orang tua di waktu kecil bukanlah satu–satunya  faktor  yang  mempengaruhi   jiwa orang-orang  yang gelisah dan acuh tak acuh kepada agama itu. Faktor lain nya adalah lembaga-lembaga keagamaan, masjid–masjid atau gereja. aktfitasnya lembaga kegamaan mempunyai  pengaruh besar ,terutama aktivitas aktifitas sosialnya. kebiasaan–kebiasaan  yang di alami waktu kecil, melalui lembaga-lembaga keagamaan itu termasuk salah satu faktor penting yang memudahkan terjadinya komversi agama jika  pada umur dewasa ia mejadi acuh tak acuh terhadap agama.  
c.    Ajakan atau seruan dan sugesti
Banyak di antara peristiwa konversi agama, terjadi karena sugesti dan bujukan dari luar. Orang–orang yang gelisah, yang sedang  mengalami kegoncangan  batin akan sangat mudah menerima sugesti atau bujukan–bujukan. karena  orang yang sedang gelisah  atau  goncangan  jiwanya itu, ingin segera terlepas dari penderitaannya. Baik penderitaan  itu di sebabkan  oleh keadaan ekonomi, social, rumah tangga, pribadi atau moral. Bujukan atau sugesti yang membawa harapan akan terlepas dari kesengsaraan batin itu.
 Karena itu maka dakwah atau seruan agama yang di tujukan kepada orang–orang yang berdosa, acuh tak acuh kepada agama, atau orang yang menentang  agama, yang sedang mengalami konflik dan ketegangan batin, hendaklah bersifat mendorong  dan membawanya pada ketentraman batin.[1]
d.   Faktor –faktor emosi
Dalam penelitian George A. Coe terhadap orang–orang yang mengalami peristiwa konversi agama,  konversi agama lebih banyak terjadi pada orang–orang yang dikuasai oleh emosinya. orang–orang yang emosionil (lebih sensitif atau banyak di kuasai oleh emosi), mudah kena sugesti, apabila ia sedang mengalami kegelisahan. Faktor emosi secara lahir  tampaknya tidak terlalu banyak pengaruhnya, namun dapat di buktikan bahwa, ia adalah salah satu faktor yang ikut mendorong kepada terjadinya  konversi agama, apabila ia sedang mengalami kegelisahan.
e.    Kemauan
Rupanya kemauanpun juga memainkan peranan penting dalam konversi agama. Dimana di dalam beberapa kasus,terbukti bahwa peristiwa konversi itu terjadi sebagai hasil dari pejuangan batin yang ingin mengalami konversi.[2]
B.  Proses Konversi Agama
Konversi agama menyangkut perubahan batin seseorang secara mendasar. Proses konversi agama ini dapat diumpamakan seperti proses pemugaran sebuah gedung,bangunan lama di bongkar dan pada tempat yang sama didirikan bangunan baru yang lain.
Demikian pula seseorang atau kelompok yang mengalami proses konversi agama ini. Segala bentuk kehidupan batinnya yang semula mempunyai pola tersendiri berdasarkan pandangan hidup yang dianutnya (agama),maka setelah terjadi konversi agama pada dirinya secara spontan dan akhirnya ditinggalkan. Segala bentuk perasaan batin terhadap kepercayaan lama seperti: harapan, rasa bahagia, keselamatan, kemantapan berubah menjadi berlawanan arah. Timbullah gejala-gejala baru berupa perasaan serba tidak lengkap dan tidak sempurna. Dan gejala ini menimbulkan proses kejiwaan dalam bentuk merenung,timbulnya tekanan batin, penyesalan diri, rasa berdosa, cemas terhadap masa depan, perasaan susah yang ditimbulkan oleh kebimbangan.
Perasaan yang berlawanan itu menimbulkan pertentangan dalam batin sehinggga untuk mengatasi kesulitan tersebut harus dicari jalan penyalurannya. Keterangan batin akan terjadi dengan sendirinya bila yang bersangkutan telah mampu memilih pandangan hidup yang baru. Sebagai hasil dari pemilihannya terhadap pandangan hidup itu maka bersedia dan mampu untuk membaktikan diri kepada tuntutan-tuntutan dari peraturan yang ada dalam pandangan hidup yang dipilihnya.
 M.T.L penido berpendapat bahwa konversi agama mengandung dua unsur yaitu:
1.    Unsur dari dalam diri (endogenos origin),yaitu proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang atau kelompok. Konversi  yang terjadi dalam batin ini membentuk suatu kesadaran untuk mengadakan suatu transformasi yang disebabkan oleh krisis yang terjadi dan keputusan yang diambil seseorang berdasarkan pertimbangan pribadi.
2.    Unsur dari luar (exogenos origin),yaitu proses perubahan yang berasal dari luar diri atau kelompok sehingga mampu menguasi kesadaran orang atau kelompok yang bersangkutan.
Kedua unsur tersebut kemudian mempengaruhi kehidupan batin untuk aktif berperan memilih penyelesaian yang mampu memberikan ketenangan batin kepada yang bersangkutan. Jadi disini terlihat adanya pengaruh motivasi dari unsur tersebut terhadap batin jika pemilihan tersebut sudah serasi dengan kehendak batin maka terciptalah suatu ketenangan. Seiring dengan timbulnya ketenangan batin tersebut terjadilah semacam perubahan total dalam struktur psikologis sehingga struktur lama terhapus dan gantikan dengan yang baru. Sebagai hasil pilihan yang dianggap baik dan benar. Sebagai perimbangannya akan muncul motivasi baru untuk merealisasi kebenaran itu dalam bentuk tindakan atau perbuatan positif.[3]
Orang-orang yang mengalami konversi berbeda antara satu dengan lainnya,berlainan sebab yang mendorongnya dan bermacam pula tingkatnya,ada yang dangkal,sekedar untuk dirinya saja dan ada pula yang mendalam disertai dengan kegiatan agama yang sangat menonjol sampai perjuangan mati-matian. Ada yang terjadi yang terjadi sekejap mata dan ada pula yang berangsur-angsur. Namun dapat dikatakan,bahwa tiap-tiap konversi agama itu melalui proses-proses jiwa sebagai berikut:
1.    Masa tenang pertama, masa tenang sebelum mengalami konversi dimana segala sikap,tingkah laku dan sifat-sifatnya acuh tak acuh menentang agama.
2.    Masa ketidak tenangan, konflik dan pertentangan batin berkecamuk dalam hatinya, gelisah, putus asa, tegang, panik baik disebabkan baik moralnya, kekecewaan atau oleh apapun juga. Pada masa tegang, gelisah, dan konflik jiwa yang berat itu biasanya orang mudah perasa cepat tersinggung dan hampir putus asa dalam hidupnya dan mudah kena sugesti.
3.    Peristiwa konversi itu sendiri setelah masa goncang itu mencapai puncak nya, maka tejadilah peristiwa konversi itu sendiri.
4.    Keadaan tentram dan tenang. Setelah krisis konversi lewat dan masa menyerah dilalui maka timbullah perasaan atau kondisi jiwa yang baru.
5.    Ekspresi konversi dalam hidup. Tingkat terakhir dari konversi itu adalah pengungkapan konversi agama dalam tindak tanduk, kelakuan, sikap dan perkataan, dan seluruh jalan hidupnya berubah mengikuti aturan-aturan yang diajarkan oleh agama. Maka konversi yang diiringi dengan tindak dan ungkapan-ungkapan kongkrit dalam kehidupan sehari-hari,itulah yang akan membawa tetap dan mantapnya perubahan keyakinan tersebut.[4]
C.      Macam-Macam Konversi
Starbuck, sebagaimana diungkap kembali oleh Bernard Spilka membagi konversi menjadi dua macam,yaitu:
a.     Type Valitional (perubahan secara bertahap)
Yaitu konversi yang terjadi secara berproses, sedikit demi sedikit, hingga kemudian menjadi seperangkat aspek dan kebiasaan ruhaniah yang baru.
b.    Type Self Surrender (perubahan secara drastis)
Yaitu konversi yang terjadi secara mendadak. Seseorang tanpa mengalami proses tertentu tiba-tiba berubah pendiriannya terhadap suatu agama yang dianutnya.
Masalah-masalah yang menyangkut terjadinya konversi agama tersebut menurut tinjauan para psikolog adalah berupa pembebasan diri dari tekanan batin.[5]








BAB III
PENUTUP

A.    Faktor -Faktor Yang Mempengaruhi Konversi Agama
1.      Pertentangan batin ( konflik  jiwa ) dan ketegangan perasaan.
2.      Pengaruh hubungan dengan tradisi agama.
3.      Ajakan atau seruan dan sugesti.
4.      Faktor–faktor emosi.
5.      Kemauan.
B.     Proses Konversi Agama
1.      Masa tenang pertama.
2.      Masa ketidak tenangan.
3.   Peristiwa konversi itu sendiri setelah masa goncang itu mencapai puncak nya.
4.   Keadaan tentram dan tenang.
5.   Ekspresi konversi dalam hidup.
C.     Macam-Macam Konversi
1.     Type Valitional (perubahan secara bertahap).
2.     Type Self Surrender (perubahan secara drastis).




[1]Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama(Jakarta: Bulan Bintang, 1996), hlm. 159-163.
[2] Ibid. Hlm. 163-164.
[3] Jalaluddin, Psikologi Agama(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 251-153.
                                              
[4] Zakiyah Daradjat. Op.Cit. Hlm. 139-140
[5] Sururin, Ilmu Jiwa Agama(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 105-106.

Sabtu, 05 September 2015

MAKALAH OBJEK DAN METODE SEJARAH PERADABAN ISLAM



BAB I
PENDAHULUAN
    Agama Islam sebagai sistem nilai menjadi pokok kekuatan dan sebab timbulnya dan kebudayaan yang ditimbulkannya dinamakan kebudayaan atau peradaban Islam. Secara lebih spesifik, peradaban Islam dapat dimaknai sebagai bagian-bagian dan unsur-unsur yang halus dan indah seperti, sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan   kompleks.
     Atas Dasar itu, Sejarah peradaban islam adalah segala sesuatu yang merupakan daya cipta, rasa dan karsa, terutama seperti tersebut diatas, yang pernah dihasikan oleh umat islam dalam kurun sejarah. Dapat dikatakan pula bahwa sejarah peradaban islam merupakan hasil konkrit nilai-nilai islam dalam sejarah.











BAB II
PEMBAHASAN
A.                PENGERTIAN SEJARAH PERADABAN ISLAM
1. Pengertian Sejarah
     Secara etimologi asal kata sejarah ada yang mengatakan berasal dari kata Arab syajarah artinya pohon, atau biasa disebut tarikh atau ilmu tarikh, yang mempunyai arti ketentuan masa atau waktu. Tarikh juga bermakna perhitungan tahun seperti perhitungan hijriah, tahun sebelum masehi atau sesudah masehi. Sedang dalam bahasa inggrisnya disebut history yang berarti uraian secara tertib tentang kejadian-kejadian masa lampau.[1]
    Secara terminologis sejarah berarti peristiwa yang benar-benar terjadi pada individu dan masyarakat di masa lampau dan sekarang. Menurut Ibnu Khaldun sejarah adalah menunjuk pada peristiwa-peristiwa istimewa atau pentng pada waktu atau ras tertentu. Sedang menurut E. Bernheim, sejarah adalah ilmu pengetahuan yang menyelediki dan menceritakan fakta-fakta suatu peristiwa dalam waktu temporrer yang berhubungan den
gan perkembangan umat manusia dalam aktifitas mereka baik individu maupun kolektif sebagai makhluk sosial dan berhubungan dengan sebab akibat.
            Ada banyak pengertian yang dipaparkan oleh para ahli berkenaan dengan makna sejarah. Berikut dipaparkan beberapa diantaranya:
a.       Ibn Khaldun mendefinisikan sejarah sebagai “catatan tentang masyarakat umat manusia atau peradaban dunia, tentang perubahan-perubahan yang terjadi pad  watak masyarakat seperti kelahiran, kerahmatan,dan solidaritas golongan; tentang revolusi dan pemberontakan oleh segolongan rakyat melawan golongan lain, tentang sebab-sebab timbulnya kerajaan-kerajan dan negara dengan berbagai tingkatan kegiatan dan kedudukan orang, berbagai macam ilmu pengetahuan dan pertukangan, dan pada umum nya tentang segala macam perubahan yang terjadi dalam masyarakat karena sifat dinamis nya.
b.      Murtadha Muthahari mendefinisikan sejarah tradisional sebagai pengetahuan tentang kejadian, peristiwa dan keadaan kemanusiaan masa lampau dalam kaitannya dengan keadaan-keadaan masa kini.
c.       Taufiq Abdullah berpendapat bahwa sejarah sebagai sesuatu yang memiliki dua pengertian, yaitu: (1) sejarah sebagai peristiwa yang terjadi pada masa lampau (history as past actually), (2) sejarah sebagai catatan atau rekaman peristiwa yang terjadi pada masa lampau (history as record)
d.      Kuntowijoyo memberikan penjelasan dalam bukunya Pengantar Ilmu Sejarah bahwa sejarah adalah rekonstruksi masa lalu dalam rangka untuk melihat ke masa depan bukan untuk membangun masa lalu demi masa lalu itu sendiri
e.       Dudung Abdurrahman menjelaskan bahwa sejarah sebagai sebuah ilmu yang berusaha menemukan, mengungkapkan, dan memahami nilai serta makna budaya yang terkandung dalam peristiwa masa lampau.[2]
    Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sejarah adalah ilmu pengetahuan yang mengungkap, menyelidiki dan memberikan fakta-fakta peristiwa penting masa lampau yang berhubungan dengan adanya sebab akibat.[3]
2. Pengertian Peradaban
     Peradaban adalah terjemahan dari kata Arab “hadlarah” dan bahasa inggris “Civilization”. Menurut ahli antropologi bahwa kedua istilah tersebut adalah manifestasi dari kebudayaan yang dituangkan dalam bentuk politik, ekonomi dan teknologi. Jadi peradaban adalah hasil karya cipta rasa dan karsa umat manusia pada suatu daerah atau negara yang lengkap dengan sistem pemerintahannya.[4]
    Pengertian peradaban dibedakan secara cukup jelas oleh A.A.A fyzee. Menurutnya,peradaban (civilization) dapat diartikan dalam hubungan dengan kewarganegaraan karena kata itu di ambil dari kata civiles (latin) civil (inggris) yang berarti menjadi seorang warganegaraan yang berkemajuan.[5]
Menurut ahli antropolog De Haan, peradaban merupakan lawan dari kebudayaan. Peradaban adalah seluruh kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan teknologi. Jadi, peradaban adalah semua bidang kehidupan untuk kegunaan praktis. Sebaliknya, kebudayaan adalah semua yang berasal dari hasrat dan gairah yang lebih tinggi dan murni yang berada diatas tujuan praktis dalam hubungan masyarakat, misalnya musik, seni, agama, ilmu, filsafat, dan lain-lain. Jadi, lapisan atas adalah kebudayaan sedang lapisan bawah adalah peradaban.[6]
Dalam khazanah pemikiran islam, yang dianggap sebagai sumber-sumber pemikiran dan peradaban adalah kitab suci Al-qur’an dan Hadits. Keduanya dinilai sebagai sumber yang memiliki otoritas cukup komprehensif dan universal. Sekalipun dalam dinamikanya penggunaan sumber Al-qur’an dan hadits mengalami pelebaran ruang dengan munculnya ijma’ dan pemikiran para Ulama, namun kedua sumber tersebut tetap memiliki peran strategis bagi umat islam. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW yang menyampaikan, bahwa kedua pusaka tersebut merupakan warisan yang tidak ternilai harganya.
3. Pengertian Islam
     Islam menurut bahasa adalah menyerahkan diri kepada Yang Maha Kuasa, sejahtera, tenteram, damai, dan bahagia, maka orang islam adalah orang yang benar-benar menyerahkan diri kepada Allah Yang Maha Kuasa dalam melakukan hal-hal positif dan meninggalkan hal-hal negatif sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan Allah SWT.
    Menurut terminologi, Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT melalui utusanNya Nabi Muhammad SAW yang ajaran-ajarannya terdapat dalam kitab suci Al-Qur’an dan Sunnah untuk dijadikan pedoman bagi umat manusia agar mendapat kedamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
    Peradaban yang disandingkan dengan  islam adalah suatu peradaban yang mempunyai kerangka pedoman berdasarkan wahyu yang dituturkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang ajarannya terhimpun dalam Al-Qur’an dan sunnah,yang kemudian dengan sering berkembangnya zaman melahirkan gagasan-gagasan dan pemikiran islam. Secara tradisional jalur pemikiran yang mendorong gerak peradaban islam adalah di bidang fiqih (hukum), tauhid (teologi) dan tasawuf (mistisme).
4. Sejarah Peradaban Islam
    Dari pengertian diatas dari ketiga kata tersebut maka dapat dikatakan bahwa Sejarah Peradaban Islam adalah ilmu pengetahuan yang mengungkap, menyelidiki dan memberikan fakta-fakta dan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan segi kehidupan umat islam secara keseluruhan sejak zaman Nabi Muhammad sampai sekarang.[7]





B.                 OBJEK SEJARAH
    Lapangan kerja sejarah, sebagaimana pengertiannya secara objektif diatas, mencakup segala pengalaman manusia. Dalam hal ini peristiwa sejarah adalah mengenai apa saja yang dipikirkan,dikatakan,dan dialami manusia atau dalam bahasa metodelogis bahwa lukisan sejarah itu merupakan pengungkapan fakta mengenai apa,siapa,kapan,dimana,dan bagaimana sesuatu itu terjadi. Peristiwa sejarah sesungguhnya bukan hanya berupa kejadian fisik, melainkan juga peristiwa-peristiwa bermakna yang terpantul sepanjang waktu, sehingga terungkap dari segi-segi pertumbuhan, kejayaan, dan keruntuhannya. 
    Objek adalah sesuatu yang dijadikan sasaran baik itu kajian, penelitian, pembicaraan maupun pembahasan. Sedangkan objek sejarah yaitu apa yang dikaji, diteliti, dibahas dalam sejarah. Sebagai ilmu pengetahuan, sejarah tentunya mempunyai objek. Menurut Poedjawijatna dalam bukunya Pembimbing ke Arah Alam Filsafat, ia membagi objek menjadi dua macam yaitu:
1.      Objek Material merupakan bahan penyelidikan suatu ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dalam sebuah objek material bisa jadi sama dengan objek material ilmu pengetahuan yang lain. Atau objek material adalah bahan yang atau masalah yang dikaji atau yang menjadi sasaran pembicaraan atau penyelidikan dari sumber sejarah peradaban islam.
Menurut Rasul Ja’farian objek sejarah antara lain kejayaan islam pada masa Khulafaur Rasridin sampai runtuhnya Dinasti Marwaniyah.
2.      Objek Formal dapat dipahami sebagai objek khas atau bentuk sudut pandang tertentu yang menentukan sebuah ilmu dari yang lainnya. Atau objek formal adalah cara pendekatan dan metode yang di pakai atas objek material,yang sedemikian khas sehingga mengkhususkan bidang kegiatan yang bersangkutan dengan kata lain bahwa objek formal adalah sudut tinjauan dari penyelidikan atau pembahasan dari sejarah peradaban islam.[8]
   Berdasarkan pengertian ini sejarah sebetulnya identik dengan peradaban manusia, dan pemahaman atas sejarah dapat ditemukan, diungkapkan, dan dipahami nilai-nilai peradaban yang terkandung dalam peristiwa masa lampau.
C.                Metode Sejarah Perdaban Islam
    Menurut etimologi, metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta (sepanjang), hodos (jalan). Jadi, metode adalah suatu ilmu tentang cara atau langkah yang ditempuh dalam suatu disiplin tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Metode berarti ilmu atau cara penyampaian sesuatu kepada orang lain. Metode juga disebut pengajaran atau penelitian.[9]
      Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Rekonstruksi yang imaginatif dari masa lampau berdasarkan data yang diperoleh dengan menempuh proses itu disebut historiografi (penulisan sejarah).

1. Metode Penggalian Sejarah
     Dalam penggalian sejarah terdapat beberapa metode yang dapat di gunakan. Untuk menggali data yang valid berkaitan dengan sejarah, diperlukan metode penggalian sejarah yang akurat. Penggalian sejarah pada umumnya menggunakan metode lisan, observasi, dan dokumenter.
a.       Metode Lisan (interview).
   Dengan metode ini p elaca kan suatu objek sejarah dilakukan dengan interview. Metode interview atau wawancara disebut juga metode kuesioner lisan karena terjadi suatu dialog yang dilakukan oleh pewancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interview).

b.      Metode Observasi
   Dalam metode observasi, objek sejarah di amati secara langsung. Sebelum penelitian dimulai atau pertama kali terjun ke lapangan,metode observasi sangat penting untuk digunakan dalam sebuah penelitian. Metode observasi merupakan metode pengumpulan data,yakni penyelidikan yang di jalankan secara sistematis dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indra terhadap kejadian yang dapat langsung dapat di tangkap. Jadi,metode observasi adalah metode penelitian dengan pengamatan yang dicatat secara sistematis fenomene-fenomena yang diselidiki.
c.       Metode Dokumenter
   Metode ini berusaha mempelajari secara cermat dan mendalam segala catatan atau dokumen tertulis. Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk mengetahui data yang dapat dilihat secara langsung. Sebagai laporan tertulis dari suatu peristiwa yang isinya terdiri dari penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa dan sengaja menyimpan keterangan-keterangan tertentu atau catatan-catatan. Metode ini sangat efektif dan efesien dalam penggunaan waktu dan tenaga karena cukup dengan melihat catatan yang telah ada.[10]

2. Metode Penulisan Sejarah
     Adapun dalam penulisan sejarah, demikian pula Sejarah Peradaban Islam, metode yang dapat digunakan adalah metode deskriptif, komparatif, dan analis sintesis.
a.       Metode Deskriptif
   Dengan metode ini ditunjukkan untuk menggambarkan adanya peradaban islam tersebut, maksudnya ajaran islam sebagai agama samawi yang di bawa Nabi Muhammad yang berhubungan dengan peradaban diuraikan sebagaimana adanya, dengan tujuan untuk memahami yang terkandung dalam sejarah tersebut.
b.      Metode Komparatif
   Metode ini merupakan metode yang berusaha membandingkan sebuah perkembangan perdaban islam dengan peradaban islam lainnya. Melalui metode komparatif di maksudkan bahwa ajaran-ajaran islam tersebut dikomparasikan dengan fakta-fakta yang terjadi dan berkembang dalam waktu serta tempat-tempat tertentu untuk mengetahui adanya persamaan dan perbedaan dalam suatu permasalahan tertentu. Dengan demikian, dapat diketahui pula adanya garis tertentu yang menghubungkan peradaban islam dengan peradaban yang dibandingkan.

c.       Metode Analisis Sintesis
   Metode ini dilakukan dengan melihat sosok peradaban islam secara lebih kritis,ada analisis dan bahasan yang luas serta kesimpulan yang spesifik. Dengan demikian,akan tampak adanya kelebihan dan kekhasan peradaban islam. Hal tersebut akan lebih jelas dengan adanya pendekatan sintesis yang di maksudkan untuk memperoleh  kesimpulan yang di ambil untuk memperoleh suatu keutuhan dan kelengkapan kerangka pencapaian tujuan serta manfaat penulisan sejarah peradaban islam.[11]






 

BAB III
PENUTUP
Pengertiannya secara diatas, mencakup segala pengalaman manusia. Dalam hal ini peristiwa sejarah adalah mengenai apa saja yang dipikirkan, dikatakan, dan dialami manusia atau dalam bahasa metodelogis bahwa lukisan sejarah itu merupakan pengungkapan fakta mengenai apa, siapa, kapan, dimana, dan bagaimana sesuatu itu terjadi. Peristiwa sejarah sesungguhnya bukan hanya berupa kejadian fisik, melainkan juga peristiwa-peristiwa bermakna yang terpantul sepanjang waktu, sehingga terungkap dari segi-segi pertumbuhan, kejayaan, dan keruntuhannya. 
    Objek adalah sesuatu yang dijadikan sasaran baik itu kajian, penelitian, pembicaraan maupun pembahasan. Sedangkan objek sejarah yaitu apa yang dikaji, diteliti, dibahas dalam sejarah.
Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Rekonstruksi yang imaginatif dari masa lampau berdasarkan data yang diperoleh dengan menempuh proses itu disebut historiografi (penulisan sejarah).



[1] Badri Yatim, Historiografi islam,cet. Ke-1 (jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997),hlm 1-2
[2] Muhammad In’am Esha, Percikan Filsafat Sejarah dan Peradaban Islam, (Malang: UIN-Maliki Press, 2011), hlm 11-13
[3] Fatikhah, Sejarah Perdaban Islam, (pekalongan:STAIN pekalongan press,2011), hlm 2
[4] Ibid., hlm 3
[5] Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta:LESFI,2002),hlm 7
[6] M.Abdul Karim, Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam, (Yogyakarta:Pustaka Book Publisher,2007), hlm 35
[7] Fatikhah.,Op.Cit,hlm 4


[8] Ibid.,hlm 9
[9] M.Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer,cet.ke-1 (jakarta:Amzah,2006),hlm 146
[10] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam,cet. Ke-2 ( jakarta:Amzah,2010) hlm 5


[11]Ibid.,hlm 6.