BAB I
PENDAHULUAN
Dari
segi ilmu jiwa agama,yang di namakan dengan konversi agama dapat di
artikan dengan suatu macam pertumbuhan atau perkembangan spiritual yang
mengandung perubahan arah yang cukup berarti,dalam sikap terhadap ajaran dan tindak
agama,konversi agama menunjukkan bahwa suatu perubahan emosi yang tiba–tiba ke
arah mendapat hidayah Allah secara tiba-tiba yang mungkin saja sangat mendalam
atau dangkal,dan mungkin terjadi perubahan tersebut secara berangsur-angsur.
Dapat di katakan bahwa perubahan keyakinan atau perubahan jiwa agama pada orang dewasa bukanlah suatu hal
yang terjadi secara kebetulan saja walaupun konversi agama bisa terjadi dalam
sekejap mata. Namun tak ada peristiwa konversi agama yang tidak mempunyai
riwayat,dalam arti bahwa konversi agama dapat terjadi karena ada sebab nya atau
faktor–faktor yang dapat mempengaruhi seseorang mengalami konversi agama.
Dalam
makalah ini,kami akan mencoba membahas menganai factor–faktor yang mempengaruhi konversi agama dan proses konversi agama itu sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Faktor -Faktor Yang Mempengaruhi Konversi Agama
Sesungguhnya untuk menentukan faktor–faktor apa yang
mempengaruhi dan menyebabkan mungkin terjadinya konversi agama itu memang tidak
mudah. Namun demikian ada beberapa
factor yang tampaknya terjadi dan terdapat dalam setiap peristiwa konversi
agama antara lain ialah :
a. Pertentangan batin ( konflik jiwa ) dan ketegangan perasaan
Rupanya orang–orang
yang gelisah yang di dalam dirinya bertarung berbagai persoalan,yang
kadang-kadang dia merasa tidak berdaya menghadapi persoalan atau problema itu mudah
mengalami konversi agama. Diantaranya ketegangan batin yang dirasakan orang ialah tidak mampunya ia
mematuhi nilai-
nilai moral dan agama dalam hidupnya. Ia tahu bahwa yang salah itu salah, akan
tetapi ia tidak mampu menghindarkan dirinya
dari berbuat salah itu, dan ia tahu mana
yang benar, akan tetapi tidak
mampu berbuat benar. Orang–orang itu kadang sadar bahwa dalam dirinya
sedang berkecamuk aneka persoalan yang
tidak dapat di hadapinya, tetapi banyak pula orang yang tidak sadar, bahwa dalam dirinya ada konflik yang
terpendam di alam
ketidak-sadarannya .
Di samping itu sering pula terasa ketegangan batin, yang memukul
jiwa, merasa
tidak tentram ,gelisah, yang kadang–kadang terasa ada sebabnya dan kadang–kadang
tidak di ketahui. Dalam kepanikan atau kegoncangan jiwa itulah kadang kadang orang
dengan dengan tiba-tiba terangsang
melihat orang sembahyang
atau mendengar uraian agama yang seolah–olah dapat menjadi penyelesai
problem yang di
hadapinya.
b. Pengaruh hubungan dengan tradisi agama
Di antara faktor–faktor penting dalam riwayat
konversi agama adalah pengalaman-pengalaman
yang mempengaruhinya, sehingga terjadi
konversi tersebut. Di antara
pengaruh yang terpenting adalah pendidikan orang tua diwaktu kecil. pendidikan dan suasana
keluarga di waktu kecil itu mempunyai
pengaruh yang besar terhadap diri orang-orang, yang kemudian terjadi padanya konversi agama
adalah keadaan mengalami ketegangan dan
konflik batin itu ,mau tidak mau pengalaman di waktu kecil dekat dengan orang
tua dalam suasana yang tenang dan damai akan teringat dan membayang–bayang
secara tidak sadar dalam dirinya. Keadaan inilah yang dalam peristiwa –peristiwa tertentu
menyebabkan konversi tiba-tiba terjadi.
Pendidikan orang tua
di waktu kecil bukanlah satu–satunya faktor yang
mempengaruhi jiwa
orang-orang yang gelisah dan acuh tak
acuh kepada agama itu. Faktor lain nya adalah lembaga-lembaga keagamaan, masjid–masjid
atau gereja. aktfitasnya lembaga kegamaan mempunyai pengaruh besar ,terutama aktivitas aktifitas
sosialnya. kebiasaan–kebiasaan yang di
alami waktu kecil, melalui lembaga-lembaga keagamaan itu termasuk salah satu
faktor penting yang memudahkan terjadinya komversi agama jika pada umur dewasa ia mejadi acuh tak acuh
terhadap agama.
c.
Ajakan atau seruan dan sugesti
Banyak di antara peristiwa konversi agama, terjadi
karena sugesti dan bujukan dari luar.
Orang–orang yang gelisah, yang sedang
mengalami kegoncangan batin akan
sangat mudah menerima sugesti atau bujukan–bujukan. karena orang yang sedang gelisah atau goncangan
jiwanya itu, ingin segera terlepas dari penderitaannya. Baik penderitaan itu di sebabkan oleh keadaan ekonomi, social, rumah tangga,
pribadi atau moral. Bujukan
atau sugesti yang membawa harapan akan terlepas dari kesengsaraan batin itu.
Karena itu maka
dakwah atau seruan agama yang di tujukan kepada orang–orang yang berdosa, acuh
tak acuh kepada agama, atau orang yang menentang agama, yang sedang mengalami konflik dan
ketegangan batin, hendaklah bersifat mendorong
dan membawanya pada ketentraman batin.[1]
d. Faktor –faktor emosi
Dalam penelitian George A. Coe terhadap orang–orang yang mengalami
peristiwa konversi agama, konversi agama
lebih banyak terjadi pada orang–orang yang dikuasai oleh emosinya. orang–orang
yang emosionil (lebih sensitif atau banyak di kuasai oleh emosi), mudah kena
sugesti, apabila ia sedang mengalami kegelisahan. Faktor emosi secara
lahir tampaknya tidak terlalu banyak
pengaruhnya, namun dapat di buktikan bahwa, ia adalah salah satu faktor yang
ikut mendorong kepada terjadinya
konversi agama, apabila ia sedang mengalami kegelisahan.
e.
Kemauan
Rupanya kemauanpun juga memainkan peranan penting dalam
konversi agama. Dimana di dalam beberapa kasus,terbukti bahwa peristiwa
konversi itu terjadi sebagai hasil dari pejuangan batin yang ingin mengalami
konversi.[2]
B. Proses Konversi Agama
Konversi agama
menyangkut perubahan batin seseorang secara mendasar. Proses konversi agama ini
dapat diumpamakan seperti proses pemugaran sebuah gedung,bangunan lama di
bongkar dan pada tempat yang sama didirikan bangunan baru yang lain.
Demikian
pula seseorang atau kelompok yang mengalami proses konversi agama ini. Segala
bentuk kehidupan batinnya yang semula mempunyai pola tersendiri berdasarkan
pandangan hidup yang dianutnya (agama),maka setelah terjadi konversi agama pada
dirinya secara spontan dan akhirnya ditinggalkan. Segala bentuk perasaan batin
terhadap kepercayaan lama seperti: harapan, rasa bahagia, keselamatan,
kemantapan berubah menjadi berlawanan arah. Timbullah gejala-gejala baru berupa
perasaan serba tidak lengkap dan tidak sempurna. Dan gejala ini menimbulkan
proses kejiwaan dalam bentuk merenung,timbulnya tekanan batin, penyesalan diri,
rasa berdosa, cemas terhadap masa depan, perasaan susah yang ditimbulkan oleh
kebimbangan.
Perasaan
yang berlawanan itu menimbulkan pertentangan dalam batin sehinggga untuk
mengatasi kesulitan tersebut harus dicari jalan penyalurannya. Keterangan batin
akan terjadi dengan sendirinya bila yang bersangkutan telah mampu memilih
pandangan hidup yang baru. Sebagai hasil dari pemilihannya terhadap pandangan
hidup itu maka bersedia dan mampu untuk membaktikan diri kepada tuntutan-tuntutan
dari peraturan yang ada dalam pandangan hidup yang dipilihnya.
M.T.L penido berpendapat bahwa konversi agama
mengandung dua unsur yaitu:
1. Unsur dari dalam diri (endogenos origin),yaitu proses
perubahan yang terjadi dalam diri seseorang atau kelompok. Konversi yang terjadi dalam batin ini membentuk suatu
kesadaran untuk mengadakan suatu transformasi yang disebabkan oleh krisis yang
terjadi dan keputusan yang diambil seseorang berdasarkan pertimbangan pribadi.
2. Unsur dari luar (exogenos origin),yaitu proses perubahan
yang berasal dari luar diri atau kelompok sehingga mampu menguasi kesadaran
orang atau kelompok yang bersangkutan.
Kedua unsur
tersebut kemudian mempengaruhi kehidupan batin untuk aktif berperan memilih
penyelesaian yang mampu memberikan ketenangan batin kepada yang bersangkutan.
Jadi disini terlihat adanya pengaruh motivasi dari unsur tersebut terhadap
batin jika pemilihan tersebut sudah serasi dengan kehendak batin maka
terciptalah suatu ketenangan. Seiring dengan timbulnya ketenangan batin
tersebut terjadilah semacam perubahan total dalam struktur psikologis sehingga
struktur lama terhapus dan gantikan dengan yang baru. Sebagai hasil pilihan
yang dianggap baik dan benar. Sebagai perimbangannya akan muncul motivasi baru
untuk merealisasi kebenaran itu dalam bentuk tindakan atau perbuatan positif.[3]
Orang-orang yang
mengalami konversi berbeda antara satu dengan lainnya,berlainan sebab yang
mendorongnya dan bermacam pula tingkatnya,ada yang dangkal,sekedar untuk
dirinya saja dan ada pula yang mendalam disertai dengan kegiatan agama yang
sangat menonjol sampai perjuangan mati-matian. Ada yang terjadi yang terjadi
sekejap mata dan ada pula yang berangsur-angsur. Namun dapat dikatakan,bahwa
tiap-tiap konversi agama itu melalui proses-proses jiwa sebagai berikut:
1. Masa tenang pertama, masa tenang sebelum mengalami
konversi dimana segala sikap,tingkah laku dan sifat-sifatnya acuh tak acuh
menentang agama.
2. Masa ketidak tenangan, konflik dan pertentangan batin
berkecamuk dalam hatinya, gelisah, putus asa, tegang, panik baik disebabkan
baik moralnya, kekecewaan atau oleh apapun juga. Pada masa tegang, gelisah, dan
konflik jiwa yang berat itu biasanya orang mudah perasa cepat tersinggung dan
hampir putus asa dalam hidupnya dan mudah kena sugesti.
3. Peristiwa konversi itu sendiri setelah masa goncang itu
mencapai puncak nya, maka tejadilah peristiwa konversi itu sendiri.
4. Keadaan tentram dan tenang. Setelah krisis konversi lewat
dan masa menyerah dilalui maka timbullah perasaan atau kondisi jiwa yang baru.
5. Ekspresi konversi dalam hidup. Tingkat terakhir dari
konversi itu adalah pengungkapan konversi agama dalam tindak tanduk, kelakuan,
sikap dan perkataan, dan seluruh jalan hidupnya berubah mengikuti aturan-aturan
yang diajarkan oleh agama. Maka konversi yang diiringi dengan tindak dan
ungkapan-ungkapan kongkrit dalam kehidupan sehari-hari,itulah yang akan membawa
tetap dan mantapnya perubahan keyakinan tersebut.[4]
C. Macam-Macam Konversi
Starbuck, sebagaimana diungkap kembali oleh Bernard
Spilka membagi konversi menjadi dua macam,yaitu:
a.
Type Valitional (perubahan secara bertahap)
Yaitu konversi yang
terjadi secara berproses, sedikit demi sedikit, hingga kemudian menjadi seperangkat
aspek dan kebiasaan ruhaniah yang baru.
b.
Type Self Surrender (perubahan secara drastis)
Yaitu konversi yang
terjadi secara mendadak. Seseorang tanpa mengalami proses tertentu tiba-tiba
berubah pendiriannya terhadap suatu agama yang dianutnya.
Masalah-masalah
yang menyangkut terjadinya konversi agama tersebut menurut tinjauan para
psikolog adalah berupa pembebasan diri dari tekanan batin.[5]
BAB III
PENUTUP
A.
Faktor -Faktor Yang Mempengaruhi Konversi Agama
1. Pertentangan batin ( konflik jiwa ) dan ketegangan perasaan.
2. Pengaruh hubungan dengan tradisi agama.
3.
Ajakan atau seruan dan sugesti.
4. Faktor–faktor emosi.
5.
Kemauan.
B.
Proses Konversi Agama
1. Masa tenang pertama.
2. Masa ketidak tenangan.
3. Peristiwa konversi itu sendiri setelah masa
goncang itu mencapai puncak nya.
4. Keadaan tentram dan tenang.
5. Ekspresi konversi dalam hidup.
C.
Macam-Macam Konversi
1.
Type Valitional (perubahan secara bertahap).
2.
Type Self Surrender (perubahan secara drastis).