Kamis, 24 Desember 2015

KONVERSI DALAM DAN ANTAR AGAMA

BAB I
PENDAHULUAN

             Dari  segi ilmu jiwa agama,yang di namakan dengan konversi agama dapat di artikan dengan suatu macam pertumbuhan atau perkembangan spiritual yang mengandung perubahan arah yang cukup berarti,dalam sikap terhadap ajaran dan tindak agama,konversi agama menunjukkan bahwa suatu perubahan emosi yang tiba–tiba ke arah mendapat hidayah Allah secara tiba-tiba yang mungkin saja sangat mendalam atau dangkal,dan mungkin terjadi perubahan tersebut secara berangsur-angsur. Dapat di katakan bahwa perubahan keyakinan atau perubahan jiwa  agama pada orang dewasa bukanlah suatu hal yang terjadi secara kebetulan saja walaupun konversi agama bisa terjadi dalam sekejap mata. Namun tak ada peristiwa konversi agama yang tidak mempunyai riwayat,dalam arti bahwa konversi agama dapat terjadi karena ada sebab nya atau faktor–faktor yang dapat mempengaruhi seseorang mengalami konversi agama.
            Dalam makalah ini,kami akan mencoba membahas menganai factor–faktor  yang mempengaruhi  konversi agama dan proses konversi agama itu sendiri.











BAB II
PEMBAHASAN

A.       Faktor -Faktor Yang Mempengaruhi Konversi Agama
Sesungguhnya untuk menentukan faktor–faktor apa yang mempengaruhi dan menyebabkan mungkin terjadinya konversi agama itu memang tidak mudah. Namun  demikian ada beberapa factor yang tampaknya terjadi dan terdapat dalam setiap peristiwa konversi agama antara lain ialah :
a.    Pertentangan batin ( konflik  jiwa ) dan ketegangan perasaan
 Rupanya orang–orang yang gelisah yang di dalam dirinya bertarung berbagai persoalan,yang kadang-kadang dia merasa tidak berdaya menghadapi persoalan atau problema itu mudah mengalami konversi agama. Diantaranya ketegangan batin yang  dirasakan orang ialah tidak mampunya ia mematuhi nilai- nilai moral dan agama dalam hidupnya. Ia tahu bahwa yang salah itu salah, akan tetapi ia tidak mampu menghindarkan  dirinya dari berbuat  salah itu, dan ia tahu mana yang benar, akan  tetapi  tidak  mampu berbuat benar. Orang–orang itu kadang sadar bahwa dalam dirinya sedang berkecamuk  aneka persoalan yang tidak dapat di hadapinya, tetapi banyak pula orang yang tidak sadar, bahwa  dalam dirinya ada konflik  yang  terpendam   di alam ketidak-sadarannya .
Di samping itu sering pula terasa ketegangan batin, yang  memukul  jiwa, merasa tidak tentram ,gelisah, yang  kadang–kadang terasa ada sebabnya dan kadang–kadang tidak di ketahui. Dalam kepanikan atau kegoncangan jiwa itulah kadang kadang orang dengan  dengan tiba-tiba terangsang melihat orang sembahyang atau mendengar uraian agama yang seolah–olah dapat menjadi penyelesai problem  yang  di  hadapinya.
b.    Pengaruh hubungan dengan tradisi agama
Di antara faktor–faktor penting dalam riwayat konversi agama adalah pengalaman-pengalaman yang mempengaruhinya, sehingga terjadi  konversi  tersebut. Di antara pengaruh  yang terpenting adalah  pendidikan orang tua diwaktu kecil. pendidikan dan suasana keluarga  di waktu kecil itu mempunyai pengaruh yang besar terhadap diri orang-orang, yang  kemudian terjadi padanya konversi agama adalah  keadaan mengalami ketegangan dan konflik batin itu ,mau tidak mau pengalaman di waktu kecil dekat dengan orang tua  dalam suasana yang tenang dan  damai akan teringat dan membayang–bayang secara tidak sadar dalam dirinya. Keadaan inilah yang dalam  peristiwa –peristiwa tertentu menyebabkan  konversi  tiba-tiba terjadi.
 Pendidikan orang tua di waktu kecil bukanlah satu–satunya  faktor  yang  mempengaruhi   jiwa orang-orang  yang gelisah dan acuh tak acuh kepada agama itu. Faktor lain nya adalah lembaga-lembaga keagamaan, masjid–masjid atau gereja. aktfitasnya lembaga kegamaan mempunyai  pengaruh besar ,terutama aktivitas aktifitas sosialnya. kebiasaan–kebiasaan  yang di alami waktu kecil, melalui lembaga-lembaga keagamaan itu termasuk salah satu faktor penting yang memudahkan terjadinya komversi agama jika  pada umur dewasa ia mejadi acuh tak acuh terhadap agama.  
c.    Ajakan atau seruan dan sugesti
Banyak di antara peristiwa konversi agama, terjadi karena sugesti dan bujukan dari luar. Orang–orang yang gelisah, yang sedang  mengalami kegoncangan  batin akan sangat mudah menerima sugesti atau bujukan–bujukan. karena  orang yang sedang gelisah  atau  goncangan  jiwanya itu, ingin segera terlepas dari penderitaannya. Baik penderitaan  itu di sebabkan  oleh keadaan ekonomi, social, rumah tangga, pribadi atau moral. Bujukan atau sugesti yang membawa harapan akan terlepas dari kesengsaraan batin itu.
 Karena itu maka dakwah atau seruan agama yang di tujukan kepada orang–orang yang berdosa, acuh tak acuh kepada agama, atau orang yang menentang  agama, yang sedang mengalami konflik dan ketegangan batin, hendaklah bersifat mendorong  dan membawanya pada ketentraman batin.[1]
d.   Faktor –faktor emosi
Dalam penelitian George A. Coe terhadap orang–orang yang mengalami peristiwa konversi agama,  konversi agama lebih banyak terjadi pada orang–orang yang dikuasai oleh emosinya. orang–orang yang emosionil (lebih sensitif atau banyak di kuasai oleh emosi), mudah kena sugesti, apabila ia sedang mengalami kegelisahan. Faktor emosi secara lahir  tampaknya tidak terlalu banyak pengaruhnya, namun dapat di buktikan bahwa, ia adalah salah satu faktor yang ikut mendorong kepada terjadinya  konversi agama, apabila ia sedang mengalami kegelisahan.
e.    Kemauan
Rupanya kemauanpun juga memainkan peranan penting dalam konversi agama. Dimana di dalam beberapa kasus,terbukti bahwa peristiwa konversi itu terjadi sebagai hasil dari pejuangan batin yang ingin mengalami konversi.[2]
B.  Proses Konversi Agama
Konversi agama menyangkut perubahan batin seseorang secara mendasar. Proses konversi agama ini dapat diumpamakan seperti proses pemugaran sebuah gedung,bangunan lama di bongkar dan pada tempat yang sama didirikan bangunan baru yang lain.
Demikian pula seseorang atau kelompok yang mengalami proses konversi agama ini. Segala bentuk kehidupan batinnya yang semula mempunyai pola tersendiri berdasarkan pandangan hidup yang dianutnya (agama),maka setelah terjadi konversi agama pada dirinya secara spontan dan akhirnya ditinggalkan. Segala bentuk perasaan batin terhadap kepercayaan lama seperti: harapan, rasa bahagia, keselamatan, kemantapan berubah menjadi berlawanan arah. Timbullah gejala-gejala baru berupa perasaan serba tidak lengkap dan tidak sempurna. Dan gejala ini menimbulkan proses kejiwaan dalam bentuk merenung,timbulnya tekanan batin, penyesalan diri, rasa berdosa, cemas terhadap masa depan, perasaan susah yang ditimbulkan oleh kebimbangan.
Perasaan yang berlawanan itu menimbulkan pertentangan dalam batin sehinggga untuk mengatasi kesulitan tersebut harus dicari jalan penyalurannya. Keterangan batin akan terjadi dengan sendirinya bila yang bersangkutan telah mampu memilih pandangan hidup yang baru. Sebagai hasil dari pemilihannya terhadap pandangan hidup itu maka bersedia dan mampu untuk membaktikan diri kepada tuntutan-tuntutan dari peraturan yang ada dalam pandangan hidup yang dipilihnya.
 M.T.L penido berpendapat bahwa konversi agama mengandung dua unsur yaitu:
1.    Unsur dari dalam diri (endogenos origin),yaitu proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang atau kelompok. Konversi  yang terjadi dalam batin ini membentuk suatu kesadaran untuk mengadakan suatu transformasi yang disebabkan oleh krisis yang terjadi dan keputusan yang diambil seseorang berdasarkan pertimbangan pribadi.
2.    Unsur dari luar (exogenos origin),yaitu proses perubahan yang berasal dari luar diri atau kelompok sehingga mampu menguasi kesadaran orang atau kelompok yang bersangkutan.
Kedua unsur tersebut kemudian mempengaruhi kehidupan batin untuk aktif berperan memilih penyelesaian yang mampu memberikan ketenangan batin kepada yang bersangkutan. Jadi disini terlihat adanya pengaruh motivasi dari unsur tersebut terhadap batin jika pemilihan tersebut sudah serasi dengan kehendak batin maka terciptalah suatu ketenangan. Seiring dengan timbulnya ketenangan batin tersebut terjadilah semacam perubahan total dalam struktur psikologis sehingga struktur lama terhapus dan gantikan dengan yang baru. Sebagai hasil pilihan yang dianggap baik dan benar. Sebagai perimbangannya akan muncul motivasi baru untuk merealisasi kebenaran itu dalam bentuk tindakan atau perbuatan positif.[3]
Orang-orang yang mengalami konversi berbeda antara satu dengan lainnya,berlainan sebab yang mendorongnya dan bermacam pula tingkatnya,ada yang dangkal,sekedar untuk dirinya saja dan ada pula yang mendalam disertai dengan kegiatan agama yang sangat menonjol sampai perjuangan mati-matian. Ada yang terjadi yang terjadi sekejap mata dan ada pula yang berangsur-angsur. Namun dapat dikatakan,bahwa tiap-tiap konversi agama itu melalui proses-proses jiwa sebagai berikut:
1.    Masa tenang pertama, masa tenang sebelum mengalami konversi dimana segala sikap,tingkah laku dan sifat-sifatnya acuh tak acuh menentang agama.
2.    Masa ketidak tenangan, konflik dan pertentangan batin berkecamuk dalam hatinya, gelisah, putus asa, tegang, panik baik disebabkan baik moralnya, kekecewaan atau oleh apapun juga. Pada masa tegang, gelisah, dan konflik jiwa yang berat itu biasanya orang mudah perasa cepat tersinggung dan hampir putus asa dalam hidupnya dan mudah kena sugesti.
3.    Peristiwa konversi itu sendiri setelah masa goncang itu mencapai puncak nya, maka tejadilah peristiwa konversi itu sendiri.
4.    Keadaan tentram dan tenang. Setelah krisis konversi lewat dan masa menyerah dilalui maka timbullah perasaan atau kondisi jiwa yang baru.
5.    Ekspresi konversi dalam hidup. Tingkat terakhir dari konversi itu adalah pengungkapan konversi agama dalam tindak tanduk, kelakuan, sikap dan perkataan, dan seluruh jalan hidupnya berubah mengikuti aturan-aturan yang diajarkan oleh agama. Maka konversi yang diiringi dengan tindak dan ungkapan-ungkapan kongkrit dalam kehidupan sehari-hari,itulah yang akan membawa tetap dan mantapnya perubahan keyakinan tersebut.[4]
C.      Macam-Macam Konversi
Starbuck, sebagaimana diungkap kembali oleh Bernard Spilka membagi konversi menjadi dua macam,yaitu:
a.     Type Valitional (perubahan secara bertahap)
Yaitu konversi yang terjadi secara berproses, sedikit demi sedikit, hingga kemudian menjadi seperangkat aspek dan kebiasaan ruhaniah yang baru.
b.    Type Self Surrender (perubahan secara drastis)
Yaitu konversi yang terjadi secara mendadak. Seseorang tanpa mengalami proses tertentu tiba-tiba berubah pendiriannya terhadap suatu agama yang dianutnya.
Masalah-masalah yang menyangkut terjadinya konversi agama tersebut menurut tinjauan para psikolog adalah berupa pembebasan diri dari tekanan batin.[5]








BAB III
PENUTUP

A.    Faktor -Faktor Yang Mempengaruhi Konversi Agama
1.      Pertentangan batin ( konflik  jiwa ) dan ketegangan perasaan.
2.      Pengaruh hubungan dengan tradisi agama.
3.      Ajakan atau seruan dan sugesti.
4.      Faktor–faktor emosi.
5.      Kemauan.
B.     Proses Konversi Agama
1.      Masa tenang pertama.
2.      Masa ketidak tenangan.
3.   Peristiwa konversi itu sendiri setelah masa goncang itu mencapai puncak nya.
4.   Keadaan tentram dan tenang.
5.   Ekspresi konversi dalam hidup.
C.     Macam-Macam Konversi
1.     Type Valitional (perubahan secara bertahap).
2.     Type Self Surrender (perubahan secara drastis).




[1]Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama(Jakarta: Bulan Bintang, 1996), hlm. 159-163.
[2] Ibid. Hlm. 163-164.
[3] Jalaluddin, Psikologi Agama(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 251-153.
                                              
[4] Zakiyah Daradjat. Op.Cit. Hlm. 139-140
[5] Sururin, Ilmu Jiwa Agama(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 105-106.