Sabtu, 05 November 2016

MAKALAH PENDIDIKAN DAN PERKEMBANGAN MASYARAKAT

BAB I
PENDAHULUAN
Antara pendidikan dan perkembangan masyarakat tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kemajuan suatu masyarakat dan suatu bangsa sangat ditentukan pembangunan sektor pendidikan dalam penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Dan antara pendidikan disekolah, keluarga dan masyarakat, terdapat saling keterkaitan, disatu sisi karena pendidikan adalah bagian dari kehidupan yang dituntut mampu mengikuti perkembangan yang didalamnya. Dipihak lain karena misi yang diemban pendidikan tidak larut dalam pengaruh lingkungan sekitarnya.
Pendidikan dalam hal ini tidak diharapkan hanya menjadi buih karena gelombang perkembangan zaman. Berdasarkan nilai-nilai yang diidealkan pendidikan akan selalu berupaya menjalani kehidupan.




















BAB II
PEMBAHASAN

1.    Pengertian pendidikan dan Perkembangan masyarakat
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak.[1]
Perkembangan merupakan perubahan- perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya yang berlangsung secara berkesinambungan baik menyangkut fisik maupun psikis.
Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut.
Jadi pengertian pendidikan dan perkembangan masyarakat adalah pembelajaran yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaan yang dapat berinteraksi kepada individu yang lain.
2.    Masyarakat sebagai lembaga pendidikan
a.    Norma-norma sosial dan budaya
Masyarakat sebagai lembaga pendidikan ketiga sesudah keluarga dan sekolah, mempunyai sifat dan fungsi yang berbeda dengan ruang lingkup dengan batasan yang tidak jelas dan keanekaragaman bentuk kehidupan sosial serta berjenis-jenis budayanya.
Dimasyarakat terdapat norma-norma sosial budaya yang harus diikuti oleh warganya dan norma-norma itu berpengaruh dalam pembentukan kepribadian warganya dalam bertindak dan bersikap.
b.    Aktivitas kelompok sosial
Kelompok-kelompok masyarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih dan bekerja sama dibidang tertentu untuk mencapai tujuan tertentu adalah merupakan sumber pendidikan bagi warga masyarakat, seperti lembaga-lembaga sosial budaya, yayasan-yayasan, organisasi-organisasi, dan lain-lain yang semuanya itu merupakan unsur-unsur pelaksanaan asas pendidikan masyarakat.[2]
3.    Pendidikan berbasis masyarakat
Fenomena di indonesia secara kekinian, konsep pertisipasi masyarakat merupakan satu tema utama reformasi pendidikan dan pengelolaan sekolah diberbagai jenis dan jenjang pendidikan. Inisiatif membangkitkan partisipasi masyarakat ini pun amat nyata dibalik upaya menjadikan institusi pendidkan sebagai bandan hukum milik negara. Pada jenjang pendidikan menengah juga di rangsang kelas mandiri, kelas internasional, kelas akselerasi, dan sebagainya yang berimplikasi kuat pada perlunya partisipasi masyarakat, terutama di bidang pendanaan.
Esensi pendidikan berbasis masyarakat akan makin kuat dan menguat sejalan dengan keputusan politik desentralisasi pemerintahan. Praksis ini dilegitimasi dalam UU No.20 tahun 2003 tentang sisdiknas yang menyebutkan bahwa “pendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi masyarakat”. Potensi masyarakat disini dapat juga bermakna kemampuan masyarakat mendanai program-program pendidikan yang dibangunnya, serta kemampuan orang tua murid menanggung beban pembiayaan ketika mendaftarkan anaknya kesekolah-sekolah tertentu.
Bagi pemerintah dan pemerintah daerah, menyediakan anggaran untuk pembangunan pendidikan adalah kewajiban, bukan pilihan atau sekedar bantuan operasional. Hubungan pemerintah dan pemerintah daerah dengan institusi pendidikan, terutama yang mereka dirikan sendiri, merupakan hubungan ayah atau ibu dengan anak kandung[3].
4.     Deskripsi Dinamika Masyarakat Indonesia
Sumber-sumber masalah seperti rendahnya kesadaaran multikultural, penafsiran otonomi daerah yang masih lemah, kurangnya sikap kreatif dan produktif serta rendahnya kesadaran moral dan hukum menyebabkan perilaku massa yang sangat mudah menjurus ke arah anarkisme, sifat kedaerahan, tidak tertib hukum, dan korupsi merajalela.
Di sisi lain, konstruk masa depan yang berbasis Bhineka Tunggal Ika, sistem sosial yang mengakar pada masyarakat, ekonomi yang berorientasi terhadap pasar global serta perlunya moralitas hukum yang dijunjung tinggi mengindikasikan orientasi pembangunan yang mengutamakan kepentingan yang berimplikasi pada peningkatan sumber daya manusia, aktivitas ekonomi, serta pengembangan kreativitas, produktivitas, dan hati nurani. Untuk itu, kita membutuhkan strategi yang tepat untuk menyentuh aspek-aspek struktural dan kultural serta dinamika perkembangan masyarakat.
Lingkungan nasional masih ditandai dengan dua fenomena seperti masih berlangsungnya krisis multi dimensional, kuatnya tuntutan reformasi di bidang ekonomi, politik, hukum, sosial budaya, dan kehidupan beragama. Sehingga pendidikan dituntut untuk membantu krisis yang dialami oleh negara ini. Untuk itulah karakter bangsa harus dipertahankan dan pendidikan harus mengacu pada tolok ukur global, sehingga, bangsa Indonesia siap dalam mengantisipasi perannya dalam menghadapi persaingan global.
GBHN juga melakukan perbaikan sistem pendidikan nasional dengan cara merumuskan perencanaan misi jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Untuk misi jangka pendek pendidikan nasional adalah penuntasan wajib belajar sembilan tahun, pengembangan lembaga kependidikan, dan pengembangan iptek. Misi jangka menengah meliputi membangun sistem, iklim dan proses pendidikan nasional yang demokratis dan memperdulikan mutu. Sedangkan misi jangka panjang merupakan kelanjutan dari misi jangka menengah yang menekankan pada pembudayaan yang bukan hanya berupa konservasi budaya, melainkan sebuah proses yang aktif, kreatif, dan berkelanjutan yang selaras dengan perkembangan lingkungan.
5.    Perkiraan Perkembangan Masyarakat Masa Depan
Istilah “masyarakat Indonesia Baru” digunakan untuk menggambarkan suatu masyarakat yang dicita-citakan bangsa Indonesia setelah era reformasi. Teori globalisasi menyatakan bahwa budaya global terjadi karena berbagi perkembangan sosial budaya. Bahkan globalisasi juga bisa diartikan sebagai kesadaran yang tumbuh pada tingkat global yang terbangun secara berkelanjutan.[4]
Menurut Sastrapratedja, masyarakat Indonesia baru merupakan suatu visi yang memuat kritik atas situasi yang ada dan gambaran alternatif mengenai masyarakat tanpa aspek-aspek negatif . Jadi, visi masyarakat baru yang dicita-citakan itu biasanya muncul pada saat timbul situasi ketidakpuasan akan situasi yang ada dan dirasakan perlunya perubahan, reformasi, dan revolusi. Komponen kebutuhan masyarakat Indonesia baru adalah kebutuhan untuk terus menguasai lingkungannya, kebutuhan komunikasi dan lepas dari berbagai penghambat aktualisasi dirinya.


6.    Alternatif Pendidikan dalam Kaitannya dengan Perkembangan Masyarakat
Pada dasarnya hubungan antara individu dengan masyarakatnya berkisar pada suatu model atau hubungan antara penguasa, yang dikuasai, cara untuk mencapai tujuan bersama, dan tujuan itu sendiri. Dalam konsep ini potensi individu harus dikembangkan, tanpa mengembangkan potensi yang ada penguasa tidak akan dapat menciptakan keadilan yang dicita-citakan.
   Manusia dalam berkelompok menginginkan delapan nilai, yaitu: kekuasaan, pendidikan, kekayaan, kesehatan, ketrampilan, kasih sayang, kejujuran, dan keseganan. Di dalam mengembangkan kehidupan yang demokratis kita ingin membangun sistem hukum yang nasional yang terbuka bagi tatanan global, mengakomodasikan hukum adat, hukum agama yang berlaku serta menormalisasikan hokum ketatanegaraan yang berlaku dengan menjunjung tinggi supremasi hukum.
Ciri-ciri masyarakat Indonesia yang dicita-citakan meliputi prinsip mengembangkan dan menegakan kedaulatan rakyat. hukum dan keadilan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pluralisme masyarakat masyarakat urban dan industry, masyarakat berwawasan lingkungan, dan mengembangkan masyarakat berketuhanan Yang Maha Esa.
Pada awal pertumbuhannya, pendidikan diartikan sebagai proses sosialisasi, yang berupa proses transfer nilai dan pengetahuan dan dalam perkembangannya pendidikan dimaknai sebagai proses persekolahan, maka titik fokus studi pendidikan adalah kegiatan proses belajar mengajar. Pendidikan haruslah bersinergi dengan bidang-bidang kehidupan, politik, ekonomi, hukum, dan budaya dalam arti terbatas.[5]











7.    Pendidikan Multikultural di Indonesia
   Keragaman entitas budaya dalam suatu komunitas merupakan modal pemberdayaan terutama dalam proses pendidikan. Pendidikan yang dibutuhkan bagi bangsa ini adalah pendidikan kebangsaan yang terintregrasi untuk memupuk semangat persatuan dan cinta tanah air dan memiliki semangat kebangsaan,
   Beberapa kecenderungan dari sistem pendidikan nasional yang selama ini berlaku menunjukkan beberapa fenomena yang tidak menguntungkan bagi pembentukan proses kultural tersebut antara lain :
a.       Pendidikan nasional bersifat monolitik cultural, etnosentrisme dengan  menempatkan budaya induk sebagai acuan superioritas.
b.  Sistem pendidikan barat dikembangkan dengan acuan sistem ekonomi internasional.
c.  Ke Indonesia-an tidak cukup dibangun dengan identitas sub-nasional dengan basis ras, etnik, budaya, kelas social, agama dan pengelompokan lainnya.
d.  Persekolahan di Indonesia cenderung bersifat elitis.











BAB III
PENUTUP

Pada dasarnya hubungan antara individu dengan masyarakatnya berkisar pada suatu model atau hubungan antara penguasa, yang dikuasai, cara untuk mencapai tujuan bersama, dan tujuan itu sendiri. Dalam konsep ini potensi individu harus dikembangkan, tanpa mengembangkan potensi yang ada penguasa tidak akan dapat menciptakan keadilan yang dicita-citakan.
Demikianlah makalah dari kami. Semoga bermanfaat untuk semua.

                   


 

 













DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. Uhbiyati, Nur. 1991 . Ilmu Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Danim, Sudarwan. 2010. Pengantar Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Dewey, John. 1916/1944. Democracy and Education. The Free Press.

Munib, Achmad. 2003. Pengantar Ilmu Pendidikan . Jakarta : Sinar Grafika.




[1] John Dewey, Democracy and Education(1916/1944).. The Free Press. hlm. 1–4.
 [2]  Abu ahmadi, Nur uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta,1991), hlm. 184-185
[3]  Sudarwan danim, Pengantar Pendidikan, (Bandung : Alfabeta,2010), hlm. 176
[4]  Achmad Munib, Pengantar Ilmu Pendidikan (Jakarta : Sinar Grafika,2003), hlm.103
[5] Ibid., hlm.107-108

MAKALAH PENDIDIKAN FISIK PENGOBATAN TERHADAP PENYAKIT

PENDAHULUAN
Salah satu nikmat dari Allah Azza wajalla, ketika Allah SWT, memberikan obat dari penyakit apa saja yang diderita oleh seorang hamba. Dan apabila seorang hamba yang sedang sakit maka sikap yang paling tepat adalah bersabar menjalani sakitnya dan terus berusaha untuk mencari obatnya, dengan cara pengobatan-pengobatan. Sementara kesembuhan itu bisa datang apabila pengobatan itu tepat dengan penyakitnya dan Allah SWT mengizinkan seseorang itu untuk sembuh. Karena jika pengobatan  itu tidak tepat niscaya kesembuhan tak kan kunjung tiba. Tetapi bila pengobatan tepat dalam segala aspeknya, pasti dengan izin Allah kesembuhan akan diperoleh.
Agar lebih jelasnya lagi tentang pengobatan terhadap suatu penyakit, maka dibawah ini akan menjelaskan hadits yang berkaitan dengan pengobatan terhadap suatu penyakit dengan izin Allah dan ketepatan terhadap obat.
















PEMBAHASAN

A.  Hadits
عَنْ جَابِرٍ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ أَنَّهُ قَالَ: "(لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ   فَإِذَاأُصِيبَ دَوَاءُالدَّاءِ بَرَأَ بِإذْنِ اللَّهِ عَرَّ وَجَلَّ)" (اخرجه مسلم:كتاب السلام:باب لكل داء دواء واستحباب التداوى)                                                                                        
B.   Terjemahan                                       
“Diriwayatkan dari Jabir R.A dan Rasullah SAW: Beliau bersabda “Setiap penyakit ada obatnya. Apabila obat suatu penyakit telat tepat, sembuhlah dia dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla”.[1]

C.  Penjelasan Hadits
 Pada hadits nabi SAW diatas menerangkan bahwa mengaitkan kesembuhan dengan ketepatan atau kecocokan obat dengan penyakit. Sebab, tidak ada satu makhluk pun melainkan memiliki lawannya. Dan setiap penyakit pasti memiliki obat yang menjadi penawarnya yang dengannya penyakit itu diobati. Nabi SAW mengaitkan kesembuhan dengan ketepatan dalam pengobatan. Ketepatan ini merupakan hal yang lebih dari sekedar ada atau tidak adanya obat (bagi suatu penyakit) karena obat suatu penyakit bila melebihi kadar penyakit, baik pada metode penggunaan atau dosis yang semestinya akan berubah menjadi penyakit baru. Bila metode penggunaan atau dosis kurang dari yang semestinya, maka tidak akan mampu melawan penyakit, sehingga penyembuhannya pun tidak sempurna. Bila seorang dokter salah dalam memilih obat atau obat yang ia gunakan tidak tepat sasaran, maka kesembuhan takkan kunjung tiba. Bila waktu pengobatan dilakukan tidak tepat dengan obat tersebut, niscaya obat tidak akan berguna. Bila badan pasien tidak cocok dengan obat tersebut atau fisiknya tidak mampu menerima obat tersebut atau ada penghalang yang menghalangi kerja obat tersebut, niscaya kesembuhan tak kan kunjung tiba. Semua itu dikarenakan ketidaktepatan dalam pengobatan. Bila pengobatan tepat dalam segala aspeknya, pasti dengan izin Allah kesembuhan akan diperoleh.[2]
 Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah mengatakan “Pada hadits riwayat sahabat Jabir Radhiyallahuanhu terdapat isyarat bahwa kesembuhan tergantung pada ketepatan dan izin Allah. Yang demikian itu dikarenakan suatu obat kadang kala melebihi batas baik dalam metode penggunaan atau dosisnya, sehingga obat tersebut tidak manjur, bahkan dimungkinkan obat itu malah menimbulkan penyakit baru”.

D.  Aspek Tarbawi
Berdasarkan hadits diatas memberikan pengertian kepada kita bahwa semua penyakit yang menimpa manusia maka Allah turunkan obatnya. Kadang ada orang yang menemukan obtanya ada juga yang belum bisa menemukannya. Oleh karenanya kita seseorang harus bersabar untuk selalu berobat dan terus berusaha untuk mencari obat ketika sakit sedang menimpanya. Dan jangan merasa enggan dan selalu berupaya untuk mencari sebab-sebab kesembuhan, seperti mencari dokter dan pengobatan.
setiap manusia harus memahami dua hal tentang ujian sakit, yaitu :
1.      Bahwa obat adalah hanya sebab kesembuhan, sedangkan penyembuh yang sebenarnya hanyalah Allah semata. Oleh karena itu kesembuhan dari Allah melalui melalui obat yang dikonsumsi, dan bisa jadi Allah SWT memberikan kesembuhan walaupun tanpa obat. Sebagaimana firman Allah dalam QS.Asy-Syu’ara,80:

 “dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku”.[3]
2.      Bahwa jangan berobat dengan sesuatu yang diharamkan, karena Allah SWT mengharamkan untuk berobat dengan benda-benda haram dan Allah tidak menjadikan benda-benda penyembuh dari benda-benda yang diharamkan-Nya.
Sebagaimana Rasulullah bersabda,
إن الله لم يجعل شفاءكم فيما حرم عليكم
“Sesungguhnya Allah tidaklah menjadikan kesembuhan kalian pada apa yang Dia haramkan atas kalian.” ( HR Bukhari dan diriwayatkan oleh Abu Hatim bin Hibban dalam shahihnya secara marfu’ kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ).[4]
 Menanti kesembuhan dengan sikap optimis, akan dapat meringankan beban rasa sakit dan membantu seorang hamba untuk bersikap sabar.
Menurut Ibn Qoyyim, dalam bukunya menjelaskan tentang pengaruh sikap optimis menantikan kesembuhan dalam meringankan cobaan (musibah), bahwa menantikan keringanan atau kesembuhan terhadap cobaan yang menimpa dengan ketenangan dan keikhlasan, maka sesungguhnya penantian dan perenungan seperti itu akan meringankan beban yang berat. Selanjutnya dengan diiringi motivasi dan harapan yang kuat akan adanya pertolongan, maka sikap ini akan menggantikan cobaan yang sedang menimpa dengan semangat akan adanya pertolongan, ketenangan dan keikhlasan. Hal ini merupakan rahasia dari kelembutan dan pertolongan Allah Ta’ala yang akan segera tiba.
Habibbin Ubaid, dalam Asy –Syukr berkata bahwa tidaklah Allah SWT memberikan suatu cobaan kepada seorang hamba, kecuali Allah SWT juga memberikan nikmat kepadanya dalam cobaan itu, yaitu Allah SWT tidak menjadikan musibah itu lebih besar dari musibah yang menimpamu.[5]









PENUTUP
Bila Allah telah menentukan suatu penyakit atau ajal maka berbagai upaya yang ditempuh manusia untuk menghindari tidak lagi berguna, dan kehendak Allah lah yang pasti terjadi. Aqidah dan keyakinan ini tidak boleh kita lupakan kapan pun kita berada, serta apa pun profesi kita. Dengan proses pengobatan setiap penyakit yang kita derita, kita harus berusaha untuk mendapatkan obatnya dan bertawakal kepada Allah. Karna sesungguhnya yang menciptakan penyakit adalah Allah, dan yang menentukan penyakit tersebut menimpa kita adalah Allah. Kita tidak perlu berkeluh kesah, kita menerima semuanya dengan lapang dada. Percayalah bahwa dibalik penyakit tersebut pasti tersimpan beribu-ribu hikmah. Dengan cara ini, apapun yang kita alami semoga akan mendatangkan kebaikan bagi kita, baik di dunia ataupun di akhirat.




















[1] Al-Hafizh Zaki Al-Din ‘Abd Al-Azhim Al-Mundziri, Ringkasan Shahih Muslim (Bandung: Mizan, Anggota Ikappi, 2002), hlm 821

[2]  Zad Al-Ma’ad  (4), hlm 14-15
[3]  Al-Qur’an&terjemahan, Al-Jumanatul ‘Ali, hlm 371
[4] HR Bukhari, Kitab Asyribah (15).